Postingan

Bebas

Ya, begitu judul tulisanku kali ini. Kalian mau tahu kenapa? Itu karena begitu lah perintah - hei, tidak enak disebut perintah, kurasa instruksi lebih baik. Baiklah, kuulang. Itu karena begitulah instruksi dari pihak sekolah. Kami diminta menulis bebas di blog kami masing-masing. Kalau kalian ingat, tulisanku yang kemarin pun temanya tidak ditentukan. "Terserah" kan katanya. Hariini terjadi lagi, bebas dan tidak seragam. Aku tahu, maksud sekolah baik. Maksudnya hendak membuat kita mudah dengan membebaskan tema tulisan sesuai kemauan masing-masing. Tetapi justru kondisi inilah yang membuatku tidak nyaman. Aku jadi bingung harus menulis apa. Jujur, sedang tidak ada inspirasi yang melintas di otakku saat ini. Ditambah mengingat beberapa urusan organisasi yang belum kuberesi. Berbicara soal organisasi , aku belum pernah mengungkitnya di blog ini. Jadi, aku tidak mau menjadi seorang pelajar biasa yang hanya pergi ke sekolah-belajar-istirahat-belajar lagi-pulang. Tidak, aku ...

Literasi Hari Ini.

Pagi, pagi, pagi!Begitu sorak pembuka pagi ini. Lengkap dengan salam literasi dengan L yang terbentuk dari dua jari. Semua mengikuti, sambil tertawa geli. Ada juga yang terkesan tidak peduli. Namun tak apa, aku yakin mereka peduli. Hanya tidak terlihat di ekspresi. Buktinya, mereka tetap mengikuti kegiatan literasi, walau perlu diteriakkan beberapa kali. Ya, kutahu ini sudah menjelang pukul sepuluh. Padahal tenggat waktu pengumpulan postingan ini sudah dua jam yang lalu. Tapi mau bagaimana lagi? Bukankah lebih baik terlambat daripada tidak mengerjakan sama sekali? Haha, tidak. Tidak begitu prinsipnya. Seharusnya aku mengerjakannya sedari tadi, namun ada beberapa hal yang harus kulakukan dari siang, sore, hingga malam. Bukan, bukan hanya waktu penyebab aku baru mengerjakan tugas ini. Tetapi juga tema literasi kali ini yang terlalu bebas. Kalian tahu tidak? Temanya "terserah" katanya. Bebas tulis apa saja, yaa saya tulis begini tidak apa bukan? Toh, tidak ada benar t...

Cerita Pendek

Selamat Pagi , Semua! Perkenalkan, aku Azizah. Seorang remaja kelas 2 SMA yang masih berumur 15 tahun di saat teman-temanku yang lain sudah sibuk mengurus Sweet Seventeen. Tidak apa-apa, mudah jadinya. Tak perlu sibuk memikirkan siapa yang harus diundang ke pesta, yang membuat pusing kepala. Saat ini aku sedang duduk di lapangan sekolah, mengikuti kegiatan literasi seperti biasa. Kami diminta menulis cerpen, dan disinilah aku. Berbasa-basi karena tidak tahu hendak menulis apa. Tapi kurasa tidak masalah. Toh, saat ini masih ada yang hendak membaca tulisanku. Iya, kalian, haha. Tidak lucu ya? Maaf ya, selera humorku memang dibawah rata-rata. Sudah dulu ya, ternyata sudah habis waktunya. Aku lanjut kapan-kapan, kalau ada niatnya. Haha, bercanda. Dadah semuanya! Terima kasih telah membaca, semoga tidak menyesal ya ✌️

Sekolahku, Rumahku

“Sekolahku, Rumahku” Melihat judulnya, kurasa kalian para pembaca, telah bisa mengira apa   yang akan kuceritakan kali ini. Ya, aku akan bercerita tentang kehidupanku di lingkungan sekolah. Sebelumnya, aku akan memberi tahu dimana aku bersekolah. Jadi, aku adalah siswi dari SMAN 68 Jakarta yang terletak di Jl. Salemba Raya No. 18. Bagi kalian yang telah mengetahui lokasi ini, tentu kalian tahu bahwa sekolahku ini terletak di Komplek Pendidikan yang juga terdiri dari SMP dan SD. Salah satu lasan aku menganggap sekolah sebagai rumah keduaku tentu karena rasa nyaman. Sebagai bukti nyata, SMP yang ada di samping sekolahku itu, SMP 216, adalah SMP-ku dulu. Itu artinya, aku merasa cukup nyaman berada di lingkungan pendidikan ini, karena aku tidak merasa keberatan bila 6 tahun bersekolah di lingkungan yang sama. Selain faktor lingkungan, rasa nyamanku juga disebabkan oleh faktor sosial. Faktor sosial yang kumaksud disini adalah teman-temanku. Sebagai informasi, hampir seperemp...

Literasi : Membuat Puisi

Puisi untuk Umi KARYA AZIZAH ASHRI Pagi ini, aku menuliskan puisi Hendak menyampaikan isi hati Tentang seseorang yang kupanggil umi Yang amat sangat kusayangi Semua tentang kasih sayangmu Yang kau beri sepanjang waktu Aku tak peduli selama apa itu Bagiku kasih itu selalu baru Umi, kuingin kau mengerti Aku tanpamu maka tiada arti Segala sesuatu takkan terlewati Tanpa sentuhan kelembutan hatimu, mi                                                                              Wahai Tuhan pencipta semesta            ...

Literasi Hari Guru

Sepucuk Surat untuk Guruku Karya Azizah Ashri Muflihah Selamat pagi, para pahlawanku. Ya, kutahu. Mungkin bapak dan ibu merasa heran kupanggil seperti itu. Tetapi begitu lah kata orang-orang terdahulu. Mereka bilang kalian pahlawan, namun tanpa tanda jasa. Pertama kali kudengar kalimat itu, aku sungguh terheran. Tidak mengerti makna dibalik semua itu. Namun kini, seiring aku bertambah dewasa, akhirnya aku pun mengerti. Itulah yang menjadi alasanku pagi ni. Mengambil secarik kertas putih dan sebuah pena. Aku bermaksud untuk memberitahukan kepada bapak dan ibu, bahwa orang terdahulu itu benar, kalian lah pahlawan ku. Jasa yang kalian berikan kepadaku sungguh tak terhingga, namun juga tak bertanda. Berbagai jenjang pendidikan kulalui, tapi pasti tidak ada artinya tanpa bantuan dan didikan darimu pak, bu. Berbagai rasa ingin tahu muncul melalui pertanyaan-pertanyaan ku, namun tak sekalipun kudengar keluh atau kesah terucap dari mulutmu. Terkadang terbersit di pikiranku,...

Literasi Hari Sumpah Pemuda

Pesan Pohon untuk Pemuda Indonesia Salam kenal, para pemuda penerus bangsa. Aku tahu, kalian mungkin terheran siapa aku, darimana asalku, apa tujuanku dan banyak pertanyaan lain yang tersimpan di benak kalian. Tetapi maaf, menurutku itu semua bukanlah hal yang perlu kalian tahu. Aku hanya ingin kalian mengerti dan memahami pesan seperti judul cerita ini. Baiklah, perkenalkan. Namaku Tararori. Awal tahun 80-an, sekelompok orang beramai- ramai menanamku di suatu taman di pusat kota. Seingatku, mereka menanamku dalam rangka memperingati Hari Bumi, bersama dengan pohon-pohon lainnya. Kala itu, aku hanyalah bibit yang baru saja menyatu dengan tanah, ditambah pupuk, kemudian diberi air. Tetapi semenjak itu, aku resmi menjadi saksi bisu dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia di sekitarku. Hari itu, teringat jelas di pikiranku, para pemuda-pemudi bersorak sorai ketika acara berakhir. Seolah mereka sangat bahagia telah membantu menjaga bumi dengan menanam kami. Melih...